Senin, 14 November 2011

Selamat Datang

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) adalah pasukan yang mempunyai tugas utama mengibarkan duplikat bendera pusaka pada upacara peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia baik di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Anggota Paskibraka adalah putra dan putri pilihan yang berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat yang dipilih melalui tahap seleksi yang diawali dari tingkat Kabupaten/kota, tingkat Provinsi sampai tingkat nasional.
Purna Paskibraka Indonesia Jakarta Pusat (PPI JP) merupakan salah satu dari 6 wilayah PPI yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta. PPI JP berdomisili di Kantor Walikota Administrasi Jakarta Pusat – Jl. Tanah Abang I, Jakarta. Pada kesempatan ini, kami menyajikan website yang ditujukan bagi semua orang yang ingin mengetahui informasi tentang Paskibraka, khususnya informasi PPI Jakarta Pusat. Pada website ini diinformasikan juga mengenai sejarah pembentukan Paskibraka Indonesia, Purna Paskibraka Indonesia, kegiatan-kegiatan rutin, penjelasan atribut-atribut Paskibraka, tokoh-tokoh PASKIBRAKA, dan lain sebagainya.
Kami berharap dengan hadirnya website ini dapat menambah pengetahuan dan mempererat silaturahmi sesama anggota Paskibraka Jakarta Pusat maupun dengan rekan-rekan dari Wilayah / Daerah lain yang tentunya cukup banyak dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami menerima saran, kritik, maupun koreksi dari artikel-artikel yang kami sajikan. Semoga artikel-artikel itu dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita tentang dunia Paskibraka dan sekitarnya.

Selamat berkunjung,
SALAM PASKIBRA !!!

Selamat Datang

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) adalah pasukan yang mempunyai tugas utama mengibarkan duplikat bendera pusaka pada upacara peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia baik di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Anggota Paskibraka adalah putra dan putri pilihan yang berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat yang dipilih melalui tahap seleksi yang diawali dari tingkat Kabupaten/kota, tingkat Provinsi sampai tingkat nasional.
Purna Paskibraka Indonesia Jakarta Pusat (PPI JP) merupakan salah satu dari 6 wilayah PPI yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta. PPI JP berdomisili di Kantor Walikota Administrasi Jakarta Pusat – Jl. Tanah Abang I, Jakarta. Pada kesempatan ini, kami menyajikan website yang ditujukan bagi semua orang yang ingin mengetahui informasi tentang Paskibraka, khususnya informasi PPI Jakarta Pusat. Pada website ini diinformasikan juga mengenai sejarah pembentukan Paskibraka Indonesia, Purna Paskibraka Indonesia, kegiatan-kegiatan rutin, penjelasan atribut-atribut Paskibraka, tokoh-tokoh PASKIBRAKA, dan lain sebagainya.
Kami berharap dengan hadirnya website ini dapat menambah pengetahuan dan mempererat silaturahmi sesama anggota Paskibraka Jakarta Pusat maupun dengan rekan-rekan dari Wilayah / Daerah lain yang tentunya cukup banyak dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami menerima saran, kritik, maupun koreksi dari artikel-artikel yang kami sajikan. Semoga artikel-artikel itu dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita tentang dunia Paskibraka dan sekitarnya.

Selamat berkunjung,
SALAM PASKIBRAKA !!!

Pesan-pesan Pembina

Husein Mutahar
HUSEIN MUTAHAR
(Lahir : Semarang, 5 Agustus 1916, Wafat : Jakarta, 9 Juni 2004)


Kebutuhan dunia yang terbesar adalah kebutuhan akan manusia...
Manusia yang tidak mau dijual, juga tidak mau dibeli.
Manusia yang dalam lubuk hatinya ada kebenaran dan kejujuran.
Manusia yang tidak takut untuk menyebut dosa dengan kebenaran namanya sendiri.
Manusia yang nuraninya teguh terhadap kesajiban patuhnya jarum kompas menjunjukkan arah kutub.
Manusia yang tegar membela kebenaran meski langit runtuh menimpanya.

Namun, watak seperti itu bukanlah sesuatu yang tercipta secara kebetulan.
Bukan kemurahan hati atau imbalan jasa dari orang lain.
Watak luhur adalah hasil penataan dan disiplin diri.
Hasil dari sikap merendah terhadap kekuasaan alam.
Hasil pasrah diri untuk mengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia dengan penuh rasa kasih sayang...



Dharminto Surapati
DHARMINTO SURAPATI
(Lahir : 20 Agustus 1932, Wafat : Jakarta, 7 September 2007)


Seorang manusia semakin lama akan semakin tua.
Satu demi satu, kami yang tua-tua ini akan pergi dan tak selamanya berada diantara kalian.
Jangan biarkan kepergian kami tanpa jejak dan peninggalan.
Jadilah semua "Roda Gendheng" yang mampu terus berputar dan memutar roda-roda lainnya meski sumber tenaga awalnya sudah tidak mempunyai kekuatan lagi...



Idik Sulaeman
IDIK SULAEMAN

Karena benda inilah (Red:bendera merah putih) kita berkumpul di Desa Bahagia...
Saling kenal, saling bercerita, saling cinta dalam satu rasa: Aku Putera Indonesia.
Meskipun hanya kenangan saat menjadi anggota Paskibraka,
Jiwa dan semangatnya terasa abadi dan lestari.
Pertahankanlah terus dan selalu kobar-kobarkanlah jiwa dan semangat itu!


Bunda Bunakim
BUNDA BUNAKIM
(Lahir : Tahun 1917, Wafat : Juli 2005)


Dalam bekerja, kalian harus selalu menjadi kuli-kuli kencang yang tidak punya "wudhel" (pusar).
Yaitu orang yang mampu bekerja keras dan terus mengabdi untuk kepentingan sesama tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Jangan mundur dari apa yang diniatkan.
Cita-cita harus tercapai bila kalian sudah terlanjur basah.

Sejarah Saefullah - Anak Petani Jadi Pejabat Publik

Anak Petani Jadi Pejabat Publik

 
Bagi seorang putra petani yang tinggal di pinggiran kota Jakarta, tentu tidak mudah untuk bisa tampil menjadi yang terbaik. Perlu ketekunan dan perjuangan keras untuk meraih cita-citanya. walapun setiap hari harus menyusuri area persawahan di kawasan Marunda dengan berjalan kaki sepanjang 8 Kilometer, Saefullah, tidak pernah patah semangat. Ia tetap rajin datang ke sekolah dan tetap semangat dalam belajar.
Malah masih lekat dalam ingatan Saefullah, ketika akan berangkat ke sekolah ia pernah terperosok ke sawah. “Kalau sekarang ada Laskar Pelangi, justru saya saat itu hidupnya lebih parah dari yang difilmkan itu. Tapi semua saya lakoni dengan senang hati,” ujar Wakil Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta, seraya mengenang masa lalunya.

Bahkan kala itu, Saefullah mengaku jarang bermain. Sebab, sepulang sekolah Pria Kelahiran Jakarta, tepatnya di Sungai Kendal, Rorotan, Jakarta Utara 11 Februari 1964 itu selalu rajin membantu orangtuanya bercocok tanam di sawah. Jerih payah sebagai anak petani yang serba pas-pasan ia lakoni dengan tabah dan penuh tawakal, sehingga ia berhasil melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah pendidikan guru (SPG) di Jakarta Utara. Usai lulus dari pendidikan SPG tahun 1982, putra pasangan Haji Madali dan Rohani itu dipercaya mengajar sebuah SMP Negeri di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan, sebagai tenaga guru non Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tapi tak berapa lama, ia pindah tugas mengajar di SMP Negeri di bilangan Marunda, Jakarta Utara.

Dari sini, Saefullah mulai menunjukan diri sebagai orang mencintai dunia pendidikan. Penghasilan kecil tidak menjadi alasan bagi Putra Betawi ini untuk bermalas-malasan mengajar. Tekatnya ingin menjadi tenaga pengajar yang baik terus ia pupuk. Bahkan, setelah ia menikahi Rusmiati pada tahun 1985, Saefullah kembali melanjutkan kuliah ke jenjang S1. Ketekukan yang ia jalani bersama istri tercintanya ini-meski masih numpang di rumah orang tua-ternyata membuahkan hasil dengan diraihnya gelar sarjana dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhamadiyah, Jakarta, pada tahun 1988.

Doa istri dan kedua orangtua Saefullah ternyata selalu membawa berkah bagi dirinya. Buktinya, setahun setelah kelulusannya, Saefullah langsung berkesempatan bersaing dengan ribuan calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk menjadi tenaga guru di lingkungan Provinsi DKI Jakarta. Dasar nasib lagi mujur, ia pun diterima.

Sejak ia diterima menjadi PNS di lingkungan Provinsi DKI Jakarta, kredibilitasnya sebagai seorang guru terus dibuktikan. Akhirnya, tak berapa lama menjadi guru, Saefullah dipercaya menjadi Kepala Sekolah di sebuah SMP Negeri di Jakarta Utara. Lantaran prestasinya cukup bagus, ia pun diangkat menjadi Kepala Seksi SMP Suku Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Jakarta Barat. Kemudian, sejak 10 Juli 2003 hingga 15 Desember 2004, lelaki yang memiliki hobi sepak bola ini dipercaya menjabat sebagai Kepala Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Barat.

Karir yang dibina Saefullah ternyata terus melejit. Buktinya, selepas menjabat sebagai orang nomor satu di jajaran Suku Dinas Dikdas Jakarta Barat, Saefullah kembali dipercaya masuk dalam lingkungan Dinas Pendidikan Dasar menjadi Kepala Sub Dinas SMP Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta, mulai tanggal 16 Desember 2004. Setelah empat tahun menjabat kepala seksi, pada bulan April 2008, ia melejit dipercaya menjadi Wakil Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta hingga 30 Desember 2008. Dan terhitung sejak 31 Desember 2008 Saefullah menjabat Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda

Meski selama berkarir ia telah banyak makan asam garam dunia pendidikan, namun Saefullah tetap bersemangat mendalami dunia pendidikan di Provinsi DKI Jakarta. Buktinya, ia tetap melanjutkan pendidikanya hingga ke jenjang doktoral (S3). Dalam disertasinya, ia menyebutkan, pengorganisasian berpengaruh terhadap signifikan terhadap kualiatas pelayanan pendidikan dasar pada SMPN di Provinsi DKI Jakarta

Sejarah H. Idik Sulaeman

H. Idik Sulaeman Nataatmadja, AT (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 20 Juli 1933), atau biasa dipanggil dengan Idik Sulaeman adalah pencetus nama PASKIBRAKA. Adik didik Husein Mutahar di kepanduan ini jugalah yang menyempurnakan seluruh kelengkapan Paskibraka sebagai sebuah Korps, mulai dari sistem/metode pelatihan, silabus, atribut dan kelengkapannya.
Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung ITB pada 9 April 1960.
Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil (1960-1964). Pada 1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh.
Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka.
Bersama dengan para pembina lainnya, Idik membantu Mutahar menyempurnakan konsep pembinaan Paskibraka. Pasukan yang pada tahun 1966 dan 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, pada tahun 1973 mendapat nama baru yang dilontarkan oleh Idik. Nama itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan akronim dengan kepanjangan PASuKan PengIBar BendeRA PusaKA.
Selain memberi nama, Idik juga menyempurnakan wujud Paskibraka dengan menciptakan Seragam Paskibraka, Lambang Korps, Lambang Anggota, serta Tanda Pengukuhan berupa Lencana Merah-Putih Garuda (MPG) dan Kendit Kecakapan.
Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979.
Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.
Idik menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. Ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, Idik memiliki enam orang cucu, masing-masing 3 cucu laki-laki dan 3 cucu perempuan.

Tokoh-tokoh Paskibraka dan orang-orang yang berdedikasi tinggi untuk Paskibraka.

1 H. Idik Sulaeman wikipedia 319
2 Saefullah - Anak Petani Jadi Pejabat Publik 255
3 Wawancara Khusus - Bapak Saefullah 232
4 Pemanggul Tandu Panglima Sudirman yang Terlupakan 410
5 H. Mutahar - Potret Seorang Musikus Ulung Administrator 1337
6 H. Mutahar - Sang Penyelamat Bendera Pusaka 1123
7 Mengenang Kak Darminto Surapati Administrator 843
8 In Memoriam Bunda Bunakim Administrator 1006
9 H. Mutahar Bapak Paskibraka Administrator 1824
10 Antara Soekarno dan Soeharto Administrator 1042
11 Pesan-pesan Pembina Administrator 737
12 Ilyas Karim Administrator 1310
 

Sejarah Purna Paskibraka Indonesia

Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.

Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta, Bandung dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).